Berburu dan Bertemu
Sewaktu
SMA dulu, dalam buku paket pelajaran sejarah, aku mempelajari jaman berburu dan
meramu. Intinya, jaman berburu dan meramu adalah jaman dimana manusia purba mencari makanan dengan cara berburu serta mengumpulkan.
Tapi
makin ke sini aku jadi tahu bahwa ketika seseorang memutuskan untuk hidup
berpasangan, maka orang itu akan mengenal masa berburu dan bertemu.
Begini.
Suatu hari ketika aku pergi ke gereja bareng temanku, tanpa sengaja aku ketemu temanku yang lain. Anggap
saja temanku yang bareng aku ke gereja adalah si A. Sedangkan temanku yang kebetulan ketemu di gereja adalah
si B.
Si
B adalah seorang cewek dan si A adalah seorang cowok, juga kedua temenku ini
gak saling kenal.
Singkatnya
ketika aku selesai ngomong sama si B, tiba-tiba si A bilang ke aku, “Pak, itu
tadi siapa?”
“Temenku
kuliah, pak, gimana?”
“Kenalin
dong pak,” kata si A meminta.
Singkatnya,
aku pun berusaha ngenalin temanku si B (cewek) ke si A (cowok). Tapi karena si
B udah punya cowok akhirnya proses kenalan pun nggak berjalan dengan lancar.
Poinnya,
disini aku cuma mau jelasin kalo si A sedang melakukan metode berburu buat
nemuin pasangan hidupnya. Si A jadi contoh dimana ia sedang aktif mencari
seseorang yang mungkin saja akan jadi teman hidupnya nanti.
Kasus
lain tentang berburu mungkin juga pernah kita dengar, ketika seseorang melihat orang lain yang
menurutnya menarik, ia pun langsung mencari tahu tentang orang itu. Mulai dari tanya teman,
stalking, dan bahkan aktif mengirim pesan.
Aku
juga jadi ingat, bahkan dulu seorang teman punya banyak sekali kenalan cewek di
daftar kontak BBMnya, ketika sedang melakukan metode berburu.
Oke sekarang kita beralih yang kedua, bertemu.
Jika
membahas soal bertemu, maka cerita guru geografi sewaktu SMA bisa jadi contohnya. Dia
bercerita kalo awal mula kenal sama suaminya karena bertemu dalam sebuah
pesawat (aku pikir jauh sebelum Critical Eleven diangkat jadi film, guruku
ternyata udah mengalaminya).
Situasinya
saat itu mereka bertemu dalam sebuah pesawat, saling ngobrol, lalu mulai penasaran
satu sama lain. Kemudian pada akhirnya mereka pun menikah.
Contoh yang lainnya, dua
orang akhirnya memutuskan membentuk sebuah ikatan karena bertemu di lingkungan kerja atau mungkin ketemu di kampus.
Sebenarnya
ada satu lagi selain bertemu, yaitu dipertemukan. Ya, anggap aja dijodohin atau
dicomblangin. Dalam hal ini, pihak ketiga berinisiatif untuk mempertemukan dua
orang yang kehidupan asmaranya mengenaskan atau karena gak
becus mendapatkan pasangan.
Misalnya,
sudah berumur tapi masih membujang. Atau pihak ketiga khawatir jika teman, saudara, atau anaknya
jadi perawan tua. Makannya, akhirnya pun keduanya dijodohin atau dicomblangin.
Ya,
pada akhirnya sih ini teori menurutku sendiri. Tapi yang jelas jika disuruh
memilih, mana yang paling baik antara berburu dan bertemu, menurutku nggak ada
yang lebih baik.
Semuanya
sama aja. Toh bagaimana pun prosesnya; berburu dan bertemu nggak masalah, selama
pada akhirnya dua orang itu menjadi berjodoh.
Hai, Mas Igna..
BalasHapusLho kok ganti ke blogspot, Mas.
WP nya kenapa. Lama tak maen, sekalinya maen dah ganti rumah. Pisang yellow pula. Mana nih, Mas, pisangnya..hehe
Sehat selalu, Mas..
Agak rame nih yang promo di BE. Gak kayak kemarin sendiri ya, Mas..he
Aku rasa juga gitu, Mas. Sama aja, yang penting dari berburu dan bertemu itu endingnya berjodoh..
Eh, ya, yang WP itu masih aktif kah blognya, Mas?
Halo juga, iya sudah pindah ke sini karena ehm kondisi keuangan yang belum mampu bayar langganan, wkwkwk, jadi aku prioritaskan yang lain. Jadi yg WP sudah gak aktif hehe.
HapusSehat kok ini. Cuma lama gak nongol, yaa karena cuma sok sibuk sih wkwkwk. Tapi akhirnya masih bisa ngeblog yang rasaanyaaa uuuu nyenengin ternyata, wkwk.
Antara berburu dan bertemu, semua sama saja. Setuju sama bagian ini, karena cerita setiap manusia beda, kalau sama nanti kayak sinetron borongannya indosiar lagi. Tapi kalau dari pengalaman-pengalaman yang pernah ada, kayaknya lebih unik disaat bertemu. Kayak tadi tuh guru kamu yang ketemu suaminya di pesawat. Sesuatu yang kadang diluar pemikiran tapi bener terjadi, tapi kembali lagi, jodoh itu misteri
BalasHapushahaha jangan dong kalo kayak sinetron, kesannya gak seru wkwkwk. hahaha iya tuh, pas guruku ketemu di pesawat ceritanya emang unik banget. mungkin yang kayak gini jarang terjadi
HapusKok berburu? Kesannya jadi kaya ngejar hewan buas aja hehe, kyaknya lbih sreg kalo mencari dan menemukan, manusia kan hidup untuk mencari, mencari apa yang jadi tujuannya hidup.
BalasHapusini cuma masalah penyebutan aja sih, dipilih berburu karena mencocokan sama budaya jaman dulu. jadi supaya pas aja gitu. sama menurutku mencari itu masih ada mencari secara aktif ato pasif. nah dipilih berburu karena menurutku berburu sama dengan mencari sesuatu secara aktif dan "liar"., gitu :)
Hapusartikel tentang jodoh ataupun status dari tiap individu emang enggak ada abisnya ya haha, inget banget waktu saya belanja banyak di indoapril, waktu mbanya ngitungin belanjaan saya inisiatif ngajak ngobrol si doi dan obrolannya itu nyambung banget serta ngalir apa adanya, sayang saya lupa minta no hapenya, pas mampir lagi ke toko yang sama, mbanya udah enggak kerja disitu lagi, hanya bisa menunggu waktu dan hanya bisa menunggu keajaiban dari quotes "kalo jodoh enggak kemana" :'v
BalasHapushuhuhu ikut sedih bro, semoga lekas bertemu.. dan jangan lupa minta nomor lagi.. semoga juga jodohmu gak kemana,,
Hapusberbutu dan bertemu. ehm...
BalasHapuskenapa yah, gue sampai saat ini belum mau berburu. berharap bertemu aja deh kelak. hihi
ini konsep yang absurd. secara seandainya pasangan di buru, berarti dia bisa ditombak. (apaan sih!) yah untungnya polapikir manusia tentang berburu pasangan enggak berubah yah, jadi beternak pasangan gitu. atau jual beli pasangan. abis berhasil berburu pasagan, terus pasangannya dijual. (ini apa sih!)
amin semoga ketemu yang tepat yak..
Hapuswkwkwk boleh juga imajinasinya, ya kadang kita butuh sesuatu yang absurd biar hidup gak bosenin atau cuma gitu-gitu aja.. azeeeekk!
menarik, kalau gue bilang ini kembali ke kita percaya terhadap yang namanya jodoh atau enggak. Kalau percaya sama sistem jodoh, kita akan cenderung woles dan lebih ke "bertemu", sementara kalau kita ngebet pengen punya pacar dan nggak percaya amat sama jodoh maka kita akan lebih ke berburu
BalasHapustepat sekali *kasih jempol* yup itu pointnya :)
HapusSejujurnya kalo saya kayaknya enggak pernah berburu deh, kalo ketemu mungkin. Tapi kalau sampai minta kenalin sama cowok enggak pernah, hihihi...
BalasHapusToh kalo berburu butuh perjuangan banget kayaknya, kalo ketemu keliatan lebih nyantai dan enggak terduga. Jadi kalau saya ikutin air yang mengalir aja, sampai tiba saatnya saling menemukan.. :D
iya mbak tergantung pilihannya kok, yg pasti asalkan pada akhirnya jadi berjodoh. hehe
HapusYah, hidup itu hiasannya bisa jadi berburu dan bertemu dan endingnya bisa jadi menyatu...selain guru geografi, ada juga guru Bahasa Inggris yang agak lama siap untuk diburu lalu datang seorang laki laki dari jauh berburu, lalu bertemu dan alhamdulillah bisa bersatu hanya dalam waktu 6 bulan saja. Guru tersebut adalah aku. Hehehehehe
BalasHapusciyeee. selamat mbak, ternyata ada yg mengalami hal serupa selain guruku. so sweet sekali :)
Hapus